...

4 views

hutan kuburan "liburan ke hutan misterius" oleh hartopo ke-6 (1/5)
ENAM

Matahari sudah sangat tinggi menjulang diatas kepala. Siang yang cerah dan memancarkan panas terik. Suasana jalanan desa yang sepi. Hal ini disebabkan oleh panas terik sehingga membuat warga malas untuk berjalan kesana kemari.
Rout sedang berjalan sendirian dibawah panas teriknya siang. Rout melangkah tidak semangat seperti ada yang mengganjal hatinya dan menutupi otak senangnya. Didepannya sudah terlihat pintu pagar rumah Jimmi. Rumah itu berdiri kokoh dan lumayan bagus walau sederhana untuk ukuran seorang warga desa yang pekerjaannya sebagai tukang pencari kayu bakar untuk dijual dipasar. Pintu pagar rumah Jimmi terbuka lebar. Pintu pagar terbuat dari kayu yang tersusun rapi dan memang tidak berpintu. Rout membelokkan langkah kakinya menuju pintu rumah Jimmi. Pintu rumah tertutup rapat. Rout menghentikan langkahnya dan berdiri didepan pintu rumah. Rout mengetuk-ngetuk pintu itu dengan sangat sopan dan teratur sehingga suara ketukan pintu itu enak didengar jika diatur sedikit saja nadanya mungkin bisa mengiringi lagu dangdut. Aha ! tidak mungkin sama nadanya. Terdengar suara langkah kaki seseorang sedang melangkah mendekati pintu. Langkah kaki itu terdengar jelas didalam rumah yaitu suara langkah kaki seorang pria, siapa lagi kalau bukan langkah kaki Jimmi karena hanya dia satu-satunya pria sekaligus pemimpin rumah tangga dirumahnya.
“tunggu sebentar” sahut Jimmi yang suaranya terdengar dari dalam rumah.
Rout tertunduk dengan wajah murung sambil menunggu pintu dibuka oleh tuan rumah. Tak lama berselang pintupun dibuka oleh Jimmi dari dalam rumahnya. Jimmi berdiri dipintu. Kedua nya saling senyum. Jimmi tersenyum ramah sebagai tuan rumah, sedangkan Rout tersenyum semu sebagai tamu.
“kamu Rout, ayo masuk !” sambut Jimmi mempersilahkan tamunya masuk kedalam rumah.
“disisi aja, aku hanya sebentar kok” sahut Rout menolak dengan suara yang kurang semangat.
Jimmi menghela napas dan tetap berdiri dipintu sambil memperhatikan wajah rekannya itu.
“kamu ada masalah apa lagi, kok wajah kamu murung begitu ?” tanya Jimmi seperti sudah bosan melihat wajah Rout yang kusut setiap kali ketemu dengannya. Wajah mengeluh.
“Aku hanya mau bilang kalau nanti malam ronda malam diberlakukan lagi” jawab Rout dengan berat hati. Pesan yang disampaikan Rout bukan hanya berat untuk didengar namun juga berat bagi dirinya mengucapkannya.
Keduanya terdiam sejenak. Jimmi...