hutan kuburan "liburan ke hutan misterius" oleh hartopo ke-4 (2/3)
Suasana pasar malam layaknya didesa jaman kerajaan Majapahit pada masa itu. Pasar yang cukup ramai aktivitas. Penjual sibuk melayani pembeli yang berasal dari masyarakat desa. Pembeli yang beragam mulai dari yang ingin melihat-lihat sampai yang benar-benar belanja sesuai kebutuhan mereka masing-masing. Ari, Genta, Riky, Vyna dan Nada sedang duduk disebuah warung. Mereka sibuk memandangi masyarakat yang lalu lalang disekitar mereka. Beberapa pengunjung pasar mengambil sendiri apa yang mereka butuhkan, setelah membayar, pembeli pun pergi meninggalkan pasar melalui jalan yang mereka sendiri tidak tahu tembus entah kemana. Tidak terlihat komunikasi yang baik antara penjual dan pembeli seperti yang kita kenal dengan transaksi. Mereka juga menggunakan alat tukar berupa uang, walau diantaranya juga masih ada yang menggunakan sistem barter yang barang tukarannya kembali mereka jual kepada pembeli yang lain. Pemandangan dipasar ini seperti film bisu hanya terlihat senyuman antar mereka seperti bahasa isyarat diantara penjual dan pembeli. Penjual dan pembeli pun tidak ada yang cerewet terhadap barang yang dijual maupun yang akan mereka beli. Pembeli datang, lalu melihat-lihat barang dagangan, penjual menunjukkan barang dagangan lain kepada pembeli itu, pembeli itu diam sejenak sambil berpikir, jika ia tertarik lalu memilih dan memisahkan barang yang dia inginkan kemudian membayar dan pergi, jika tidak tertarik pembeli langsung pindah kepenjual yang lainnya, sebaliknya penjual juga tidak memaksa, jika pembeli sudah pergi, penjual akan merapikan barang dagangannya kembali, sedangkan untuk yang melakukan barter, pembeli datang membawa barang bawaan yang akan dibarter, lalu menunjukkan kepada penjual, jika penjual tertarik ia akan langsung menerima barang itu kemudian mempersilahkan pembeli untuk memilih barang yang ia butuhkan, jika penjual tidak tertarik ia akan memberikan bahasa isyarat menolak barang yang dibawa oleh pembeli dan pembeli akan pergi membawa barang yang dibawanya untuk ditawarkan lagi kepada penjual yang lainnya kemudian melakukan kegiatan yang sama seperti sebelumnya dan berulang-ulang seperti itu. Hal itu mereka lakukan hanya dengan bahasa isyarat yang sangat sederhana dan dapat dimengerti oleh siapapun yang melihatnya, sekilas memang mereka tidak perlu saling berbicara seperti pasar yang ada pada jaman now yang hampir semua dihiasi dengan adu pintar ngomong walaupun hasilnya hanya capek mulut tanpa terjadi transaksi jual beli. Ari, Genta, Riky, Vyna dan Nada tidak sadar kalau dipasar itu terdapat sesuatu keanehan, aktivitas pasar dalam bertransaksi jual beli tidak mengeluarkan sepatah katapun kecuali hanya terdengar suara benturan barang dengan barang yang tidak sengaja bersentuhan atau bertabrakan termasuk suara langkah kaki dan suara-suara kegiatan lainnya yang terjadi diarea pasar. Keanehan lain yang juga tidak mereka sadari adalah semua warga yang beraktivitas dipasar itu seperti tidak peduli dengan kehadiran mereka bahkan seperti tidak menganggap mereka ada atau lebih mirip masyarakat dipasar seperti tidak melihat Ari, Genta, Riky, Vyna dan Nada seperti halnya mereka walaupun mereka ikut melakukan aktivitas yang sama layaknya pengunjung pasar. apakah Ari, Genta, Riky, Vyna dan Nada memang dianggap bukan bagian dari mereka atau mereka berasal dari kelompok berbeda atau beda alam. Itulah pertanyaan yang terlihat sangat mencolok oleh Ari, Genta, Riky, Vyna dan Nada, sebaliknya Vyna, Ari, Nada, Genta dan Riky juga tidak menyadari dengan pasti siapa warga disekitar mereka, mereka berasal dari desa mana yang menurut mereka muncul begitu saja, namun siapa yang peduli dengan kondisi itu. Ari, Genta, Riky, Vyna dan Nada hanya tahu kalau mereka sudah sampai pada tujuan yang mereka harapkan sejak sebelum mereka berangkat menuju kemari
“Disini enak sekali ya. Mereka saling percaya satu sama lain” puji Vyna merasa iri dengan kehidupan ditempat ini dibanding kehidupan ditempatnya yang dilihatnya jauh lebih baik dan sangat sederhana tanpa takut terjadi perdebatan berujung perkelahian antara pengguna pasar.
Ari tersenyum memandang Vyna. Disaat yang sama Genta menelan liur memandang segarnya buah kelapa muda didekatnya. Yah memang tumpukan kelapa muda yang telah disusun rapi itu segar-segar dan sangat menggugah selera untuk diminum. Genta berdiri dan melangkah menuju penjualnya. Vyna, Ari, Nada dan Riky memandang...
“Disini enak sekali ya. Mereka saling percaya satu sama lain” puji Vyna merasa iri dengan kehidupan ditempat ini dibanding kehidupan ditempatnya yang dilihatnya jauh lebih baik dan sangat sederhana tanpa takut terjadi perdebatan berujung perkelahian antara pengguna pasar.
Ari tersenyum memandang Vyna. Disaat yang sama Genta menelan liur memandang segarnya buah kelapa muda didekatnya. Yah memang tumpukan kelapa muda yang telah disusun rapi itu segar-segar dan sangat menggugah selera untuk diminum. Genta berdiri dan melangkah menuju penjualnya. Vyna, Ari, Nada dan Riky memandang...