...

5 views

hutan kuburan "liburan ke hutan misterius" oleh hartopo ke-2
DUA

Suasana dikoledor kampus yang ramai. Mahasiswa dan mahasiswi berseliweran kesana kemari memenuhi area kampus. Mereka semua sibuk dengan aktivitas dan permasalahan masing-masing. Ada yang sendirian. Ada yang berkelompok, ada yang sedang ngobrol, ada juga yang sedang memperagakan sesuatu didepan teman-temannya, bahkan ada juga yang sedang memperagakan sesuatu sendirian tanpa dilihat oleh siapapun. Matahari sangat cerah siang ini. Panasnya mulai terasa menyengat. Dilangit tidak ada tanda-tanda akan turun hujan dengan segera. Genta, Ari, Vyna, Riky dan Nada sedang melangkah bersama menelusuri koledor kampus. Ari sedang memegang sebuah kartu nama yang telah didapatkan Genta tadi malam. Ari tanpa henti memandang kartu nama itu.
“Apa tekatmu sudah bulat mau menghabiskan libur semester kamu ditempat asing itu ?” tanya Riky merasa Genta berlebihan memikirkan tempat yang menurutnya tidak meyakinkan.
“iya” jawab Genta singkat dan sangat yakin
“Ngomong-ngomong selama aku disini . . . aku baru dengar komplek perumahan elit yang kamu bilang itu” ucap Vyna dengan nada sangat serius pada Genta karena merasa ada yang janggal sambil memandang curiga pada Genta terkait ketidakberesan semua itu.
Nada tersenyum menahan tawa dan meletakkan tangannya dipundak Vyna.
“Santai aja kali, Vyn . . . Toh tadi malam Genta memang melihatnya kok” sahut Nada tidak mau pusing dengan apa yang terjadi dan terkesan membela Genta.
“Benar, yang jelas komplek perumahan itu bukan lokasi pemakaman seperti ucapanmu tadi” tambah Genta tidak mau kalah. Ucapannya lebih ditujukan kepada Vyna.
Vyna menghela napas dan saling pandang dengan Ari. Riky tersenyum sinis menanggapi sikap Ari dan Vyna
“dasar penakut” ucap Riky bicara dalam hati ngeledek Vyna dan Ari setidaknya kata itu yang pantas menterjemahkan senyum sinis Riky.
Mereka diam. Tiba-tiba Ari mendapat ide dan mangut-mangut. Ari memberikan kartu nama yang dipegangnya pada Genta.
“bagaimana kalau kita semua ikut kesana bersama Genta ?” usul Ari dan lebih terkesan menantang keberanian semua teman-temannya. Ucapan Ari lebih ditujukan untuk melindungi Genta dari hal-hal yang sempat dikhawatirkan mereka semua termasuk dirinya sendiri dan untuk menjawab semua tanya yang sempat memenuhi kepala mereka masing-masing dan sempat memperburuk suasana hati mereka terhadap satu sama lainnya.
Vyna kaget, sebaliknya Riky, Genta, Nada saling pandang dengan senyum girang yang mengambang menghiasi wajah mereka masing-masing, sebagai tanda kalau mereka sangat setuju dengan usul itu. Genta, Riky dan Nada manggut-manggut setuju. Riky menggandeng pundak Nada dan Genta.
“ok, siapa takut” Sambut Riky malah merasa tertantang dengan usul itu.
“setuju !” sambung Nada dan Genta bersamaan. Keduanya kemudian saling pandang karena telah mengucapkan satu kata bersama-sama. Lalu Genta dan Nada tertawa girang bersama-sama. Ari saling pandang dengan Riky sehingga keduanya saling melempar senyum sinis seolah saling menantang dan bersiap mengadu keberanian mereka masing-masing selama disana. Vyna mencubit Ari sambil memandang kesal pada pria itu.
“Kamu jangan usul yang aneh-aneh dong” ucap Vyna merasa keberatan dan terkesan takut untuk ikut-ikutan kesana.
Ari tidak merasakan sakit atas cubitan sayang Vyna itu mungkin karena sudah terlalu sering dicubit sehingga kebal cubitan. Ari menghela napas dan tersenyum sambil menggenggam jemari tangan Vyna, sebaliknya Vyna kesal dan cemberut manja padanya sambil balas menggenggam erat jemari tangan Ari. Riky menepuk-nepuk punggung Ari karena merasa bangga. Mereka terus melangkah.
“sore ini kita jalan-jalan ke mal dulu yuk ! kita belanja !” ajak Nada penuh semangat
Riky mengambil sesuatu yang menempel dirambut Nada, hal itu membuat Nada spontan merasa jengkel pada Riky
“dapatkan ini, aku traktir kamu belanja nanti sore” tantang Riky sambil menunjukkan sesuatu pada Nada, sebaliknya Nada yang sudah terlanjur sebel pun seketika pula mengejar Riky sambil berusaha meraih barang miliknya dari tangan Riky.

Matahari bersinar cerah. Panasnya siang sangat menyengat menembus pori-pori tubuh keriput seorang kakek yang harus turun berladang karena sudah tidak ada pilihan lain lagi untuk bekerja apa, hanya itu yang ia bisa dan mampu kerjakan. Tersebutlah sebuah desa asri yang terletak dipinggir hutan lebat. Sebuah hutan lindung yang sangat dijaga kelestariannya oleh pemerintah setempat. Aktivitas dihutan itu hanya diijinkan untuk pengumpul kayu bakar dari potongan-potongan kayu yang sudah tua dan sudah tumbang. Kayu bakar itu kemudian dijual kepasar desa yang akan digunakan untuk memasak secara tradisional. Area desa yang berada dihutan itu cukup luas namun masyarakat yang tinggal didesa itu sedikit kurang lebih dua puluh kepala keluarga termasuk keluarga pak Lurah. dulu kelurahan ini sangat banyak penduduknya namun dijaman globalisasi diera modernisasi sekarang ini banyak penduduk desa ini yang bekerja dan tinggal dikota. Siang yang cuacanya panas membuat jalanan menjadi sepi. Hanya dua orang Warga yang...