membara
***
Di ladang sunyi tak bernama, dalam tubuh lelah berbalut peluh cinta, kusandarkan rinduku pada kaki pohon dan belaian angin.
***
Biarlah aku tetap menjadi aku, dan biarlah ladang ini menjadi tempat kesepianku berlarian mengejar rindunya sendiri.
***
Apa yang lebih indah dari sunyi, ketika aku seorang diri, dan tiba-tiba puisi datang merobek isi kepala, mengeluarkan segala luka. Apa kabar luka, masihkah kau tersimpan rapi dalam senyum pura-pura.
***
Cinta memekarkan payung untuk kita, melindungi rindu dari ngilu yang dihujankan waktu.
***
Suatu saat nanti akan ada satu musim, di mana kita merindukan suara hujan, angin basah, dan pelukan-pelukan di bawah satu payung.
***
Sediakan payung karena kita tak pernah tahu kapan cinta akan mendung.
***
Jatuh cinta, umpama sebuah musim yang basah.
Dinanti-nanti, lalu menepi untuk payung dan mantel parasut, lalu pulang dan jatuh sakit.
***
Kita merekam perjalanan dari sunyi ke bunyi, dari nyanyi ke nyeri
Suara langkah kaki, jejak kaki yang pergi
Hujan, menjatuhkan puisi
Di sini, tak henti-henti.
***
© fiero