...

6 views

Misteri Muara Sungai Musi Kota Sungsang
Sungsang Kota di Atas Laut dan Sungai Musi


Kota tersebut terbentang dari ujung Utara sebagai sebuah pelabuhannya, keselatan adalah kotanya sepanjang jalan cor apung diatas Air Sungai Muara Musi dan diatas Laut apabila air itu pasang [jaraknya hanya 3 KM saja memanjang], kehidupan di muara sangat kental dari kehidupan para pelaut dan sebagai para kaum nelayan, dan ada beberapa keturunan atau anaknya yang tidak terbiasa atau cocok di perkampungan tersebut banyak yang menjadi orang sukses di Kota Palembang maupun Jakarta dan Kota-kota lainnya yang ada di Indonesia.


Hiruk pikuk kehidupan masyarakatnya cukup sangat kekeluargaan dan sangat bergotong - royong sebagaimana layaknya yang tergambar dari budaya warisan Nusantara tidak jauh dari sifat gotong-royong dan sifat yang alami  lainnnya, selama pembangunan up grade di site sungsang, pekerjaan berpacu dengan air pasang air laut jadi pekerjaan bisa dikerjakan cukup singkat hanya efektif pekerjaan kurang dari 3-5 jam sehari selebihnya sudah masuk pasang surut air laut, karena letaknya di ujung Muara Sungai Musi, pekerjaan sudah kita selesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan, setelahnya karena pekerjaan Civil telah finishing tinggal beberapa bagian saja yang perlu diselesaikan, masuk ke pekerjaan Mekanical-Electrical yang saling terkait yang tidak bisa dipisahkan dalam pengerjaannya, karena alat yang harus dipasang sesuai spesifikasi dari Owner dan kebetulan material sudah jatuh tempo diambil dari Jakarta, karena kondisi perjalanan sampai di Palembang menuju ke Sungsang belum bisa dilalui Kendaraan darat [masih jarang], jadi memakai taxi laut dari pelabuhan yang ada di bawah jembatan Musi yang menuju ke Sungsang, diperjalanan dan semua perbekalan di tempatkan di depan perahu sebagai bagasinya, tapi tidak terduga diperjalanan air Sungai Musi penuh dengan ombak jadi di perjalanan sangat tidak nyaman, lebih-lebih dari jeleknya berjalan di darat yang rusak sekalipun badan terasa dibontang-banting, alat ACPDB dan lainya sudah pasti berantakan dan pada copot, dan ditengah perjalanan tidak di duga mesin mati tersangkut kayu sehingga perahu taxi terobang - ambing di tengah sungai Musi, beruntung perahu tersebut mempunyai baling-baling cadangan untuk segera di pasang [lama juga memasang -+ 3jam], dan "Alhamdulillah mesin bisa hidup lagi cuman sampai ke Sungsang seharusnya jam 15.00 WIB sore karena kendala di jalan serta perahu mogok sampai ke Pelabuhan Sungsang jam 08.30 malam, akhirnya memenuhi dulu perut lapar dan mabok laut dengan angin kencang dan campur ombak sehingga badan terasa tidak keruan, akhirnya saya berniat, lapor pak RT karena sudah malam dan badan mulai meriang saya undur besok pagi, karena sudah tidak kuat saya langsung tergeletak dan rasa mual kepingin muntah, setelah agak malam banyak yang teriak diluar area pekerjaan ternyata semua penduduk sudah mengepung diluar dengan berbagai peralatan yang dibawanya ada golok pentungan dan lain sebagainnya, saya sendiri belum kuat untuk bangun akhirnya angota saya minta tolong untuk coba membukakan pintu pagar dan dipersilahankan 3 wakil anggouta warga masuk sebagai perwakilan untuk mengahadap ke saya, setelah dimulai pembicaraan dari belakang kerumunan warga diluar wakil yang tiga orang tadi bersuara, oh maaf Pak Jaja ya !!!, Seraya masuk ke dalam kenapa Pak, saya baru bisa terbangun dan menceritakan yang sebenarnya selama di perjalanan jadi mohon maklum karena badan saya tadi benar-benar tidak kuat setelah makan tadi langung minum obat panas meriang saya jadi langsung tertidur Pak RT mohon maaf bukan tidak mau menaati peraturan karena kondisi saya benar lagi sakit Pak, akhirnya sepakat Pak RT selanjutnya membubarkan masyarakat yang sudah siap bertempur, dari gambaran ini saya merasa salut dengan warga khususnya Bapak RT di Sungsang dan Wargannya sangat kompak sekali itu mencerminkan rasa solidaritas tinggi untuk menumbuhkan rasa di lingkup  masyarakat untuk rasa aman kepada lingkungannya, saya hormati itu sebagai apresiasi suatu kekompakan yang sangat luar biasa di sebuah Kampung, apalagi yang datang orang luar atau Asing, itulah menjadi cerminan baik dalam bertindak dan sesuai aturan di daerah masing-masing.


Pak RT menyalami sebelum pamit, maaf Pak Jaja saya kira bukan Bapak, tidak apa-apa kok kita sama-sama maklum saja, sebetulnya saya tadi yang merasa salah karena saya kondisinya dan karena saya masih pegang kunci karena masih selama dalam perbaikan seharusnya tadi saya kerumah dulu Bapak cuman badan sudah kelelahan dan meriang tadi mohon maaf sekali lagi Pak RT dan selanjutnya membubarkan diri  masing-masing, itulah suka duka berada dilapangan, karena kejadian itu jadi kebaikan dan keuntungannya kita jadi dikenali seluruh warga Sungsang [Bravo Sungsang].


Pelajaran diatas merupakan  ontoh yang baik dan wajar selama masing-masing mempertahankan dari sisi kebenaran masing-masing itulah bermasyarakat dan berwarga Negara, disisi lainnya saya dibelajarkan dengan menyelami arti keheningan alam di dalam lautan, walaupun disana cukup ramai hiruk pikuk kegiatan alam kehidupan diatas Kampung, saya sengaja sempatkan menyendiri untuk  menyelami di kedalaman air muara sungai dan heningnya air laut di muara, ternyata yang terdengar cuman dentingnya denyut nadi alam dasar laut yang dalam yaitu seperti bunyi Ting, Ting Ting terasa suara itu tidak begitu asing dan aneh, akan tetapi bunyi berada di dasar lautan tapi terdengarnya berada di atas kepala kita [itulah keheningan Alam lain akan mengalahkan keheningan alam lainnya], karena pengalaman tersebut kata Pak Tetua disana itu namanya kalau disini "Tunjang Langit".


Kebiasaan disana juga yang menjadi alami sampai sekarang tidak boleh membunuh Binatang Babi Liar yang ada di Sungsang, ya kayaknya seperti binatang ternak kambing liar begitu aja berkeliaran dan tidak saling mengganggu satu sama lainnya, itulah keunikan di perkampungan Sungsang di Muara Sungai Musi Palembang, apabila melihat disebelah seberang sana Pulau Bangka jelas terlihat di seberang Lautan lepas.


Mudah-mudahan kampung Sungsang sudah bisa dilewati dengan kendaraan darat dari arah bandara Sultan Mahmud Baharuddin II menuju ke arah Utara, dahulu Rencananya sebagai Pelabuhan Terpadu Palembang [2008] dan kearah sana dahulu sering dinamakan Jalan Tanah Merah, saya juga sudah beberapa kali lewat darat cuman terkendala taxi kesana masih jarang dan terbatas pada saat itu. 


Semoga cerita pengalaman ini yang sedikit tidak berguna ini bisa dikatakan bermanfaat, minimal sedikitnya bisa menjadikan atau mengangkat sedikit-demi sedikit kearifan Nusantara serta menjadi gambaran Iqon Kejujuran Bangsa dan Negara Indonesia, dan serta menumbuh kembangkan wisatawan Asing tertarik dan datang di Negara Indonesia,Aamiin.



Jaja Juharja
Salam Siliwangi Terakhir