hutan kuburan "liburan ke hutan misterius" oleh hartopo ke-1
SATU
Suasana di bioskop atau lebih dikenal dengan twentyone (21) dengan pengunjung yang cukup ramai. Sedang diputar film horor. Seorang penonton yang terlambat bergegas masuk kedalam bioskop dan sibuk mencari tempat duduk dikursi depan. Penonton itu takut sekali ketinggalan film yang sudah ia tunggu sejak lama. Layar lebar sangat dekat dengannya. Film yang diputar sangat seram dan begitu menegangkan sehingga memacu jantung untuk terus berdetak kencang dan memompa darah begitu cepat. “Hati-hati jantungan !” itulah tulisan yang seharusnya tertera dipojok atas layar lebar itu, untungnya tulisan peringatan seperti itu tidak ada. Sesekali suara teriakan penonton yang kaget dengan kemunculan sosok menakutkan terdengar ramai. Hampir semua penonton menjadi tegang sejak awal film diputar. Ruangan ber AC pun terasa panas oleh rasa takut, tegang dan penasaran setiap penonton, bahkan tidak jarang diantara mereka saling berpegangan tangan dan membenamkan wajahnya kelengan yang lainnya untung saja diantara penonton tidak ada yang saling berbenturan kepala karena saking takutnya. Tapi hal ini tidak berlaku bagi penonton sesama jenis maksudnya pasangan yang menyukai jenis kelamin sejenis. Jika ada mereka pasti malu untuk menunjukkannya didepan umum. Alangkah lucunya jika ada remaja laki-laki yang datang menonton film seram bersama ayah atau pamannya yang brewokan, jika takut tidak mungkin ia berteriak seperti perempuan lalu membenamkan wajahnya ke lengan ayah atau pamannya itu. Ya setidaknya ia harus pura-pura berani. Jika hal itu dilakukan juga mungkin sang ayah atau sang paman pasti langsung memukulnya karena malu dengan tingkah anak remaja yang seharusnya menunjukkan keberaniannya saat menonton film horor. Tapi bisa saja hawa panas dikarenakan AC diruang twentyone itu memang mati karena sudah tua sehingga semua penonton yang merasa takut dan tegang mandi keringat. VYNA, ARI, GENTA, RIKY dan NADA sedang nonton bersama. Kursi yang mereka duduki berada dalam satu baris diantara penonton lain.
Vyna bertubuh kurus berisi dengan tinggi sedang, lemah lembut apabila tertiup angin langsung tumbang, kulitnya kuning langsat cendrung dibilang agak putih dan bersih maklum anak semata wayang dengan tingkat ekonomi orang tua boleh dibilang mampu dan manja.
Nada bertubuh padat agak tomboy berkulit sawo matang namun bersih terlahir diantara saudara laki-laki berasal dari keluarga sederhana dengan gaya hidup modern dan manja.
Ari bertubuh tinggi sekitar antara 167-170 cm, tubuhnya padat hobi olah raga namun agak pendiam dan tidak suka aneh-aneh berkulit sawo matang lahir dari keluarga sederhana dari dua bersaudara sama-sama laki-laki.
Riky bertubuh kurang lebih sama dengan Ari berkulit agak putih terang berhobi beladiri karate yang sesuai dengan sikapnya yang agak sombong dan sok jago berpenampilan seperti standman tumbuh dari keluarga kaya dari tiga bersaudara Riky adalah anak bontot dengan dua kakaknya sudah berkeluarga dan menjadi pengusaha sukses diluar kota.
Genta bertubuh agak gemuk lebih besar dari dua teman prianya berkulit agak putih berpenampilan rapi namun agak acak-acakan kalau bicara ceplas ceplos suka ikut-ikutan dan seleranya tinggi berasal dari keluarga kaya namun mandiri ayah dan ibunya sudah bercerai dan Genta tinggal bersama ibunya yang sibuk bekerja.
Penonton terhanyut dengan cerita seram film itu. Vyna duduk bersebelahan dengan Ari. Ari menoleh Vyna yang wajahnya tegang dan takut. Ari khawatir dan memegang tangan Vyna. Gadis cantik itu acap kali membenamkan wajahnya kelengan Ari pada saat merasa takut, bahkan lubang telinga Ari sengaja ditutup dengan kapas karena tidak tahan dengan teriakan Vyna dan temannya yang duduk disekitarnya. Tiba-tiba semua penonton teriak kaget, Vyna ikut teriak dan menggenggam erat tangan Ari. Suara teriakan penonton yang kaget dan takut jelas menggema ditelinga Ari, bahkan Ari sempat menggigil karena dihantam gelombang suara mereka bersama-sama. Genta, Riky dan Nada yang merasa biasa dengan film seperti itu hanya menoleh Vyna dengan santai tanpa rasa takut sedikitpun. Riky tersenyum sinis.
“filmnya lucu” ceplos Riky dengan nada ngeledek penonton penakut. Suaranya terdengar samar-samar dan hampir seperti berbisik namun terdengar jelas diruangan itu. Seketika pula semua mata spontan memandang Riky dengan sorot mata tidak suka. Ari geleng kepala pada Riky. Merasa sebel Nada langsung mencubit tangan Riky.
“Au . . . !” teriak Riky mengaduh merasa kesakitan
Nada menyuruh Riky diam dengan isyarat menempelkan jari telunjuknya kebibir pria itu. Riky memandang Nada dengan sorot mata kesal sambil salah satu tangannya menggosok-gosok bekas cubitan itu. Semua mata kembali memandang Riky dengan sorot mata tidak suka. Nada kembali menyuruh Riky diam dengan isyarat menempelkan jari telunjuknya pada bibirnya sendiri. Nada lalu tersenyum pada penonton lain disekitarnya yang masih memandang Riky sebagai isyarat permintaan maaf. Mereka kembali nonton.
Vyna, Genta, Riky, Ari, Nada sedang melangkah menuju mobil mereka dibawah cahaya...
Suasana di bioskop atau lebih dikenal dengan twentyone (21) dengan pengunjung yang cukup ramai. Sedang diputar film horor. Seorang penonton yang terlambat bergegas masuk kedalam bioskop dan sibuk mencari tempat duduk dikursi depan. Penonton itu takut sekali ketinggalan film yang sudah ia tunggu sejak lama. Layar lebar sangat dekat dengannya. Film yang diputar sangat seram dan begitu menegangkan sehingga memacu jantung untuk terus berdetak kencang dan memompa darah begitu cepat. “Hati-hati jantungan !” itulah tulisan yang seharusnya tertera dipojok atas layar lebar itu, untungnya tulisan peringatan seperti itu tidak ada. Sesekali suara teriakan penonton yang kaget dengan kemunculan sosok menakutkan terdengar ramai. Hampir semua penonton menjadi tegang sejak awal film diputar. Ruangan ber AC pun terasa panas oleh rasa takut, tegang dan penasaran setiap penonton, bahkan tidak jarang diantara mereka saling berpegangan tangan dan membenamkan wajahnya kelengan yang lainnya untung saja diantara penonton tidak ada yang saling berbenturan kepala karena saking takutnya. Tapi hal ini tidak berlaku bagi penonton sesama jenis maksudnya pasangan yang menyukai jenis kelamin sejenis. Jika ada mereka pasti malu untuk menunjukkannya didepan umum. Alangkah lucunya jika ada remaja laki-laki yang datang menonton film seram bersama ayah atau pamannya yang brewokan, jika takut tidak mungkin ia berteriak seperti perempuan lalu membenamkan wajahnya ke lengan ayah atau pamannya itu. Ya setidaknya ia harus pura-pura berani. Jika hal itu dilakukan juga mungkin sang ayah atau sang paman pasti langsung memukulnya karena malu dengan tingkah anak remaja yang seharusnya menunjukkan keberaniannya saat menonton film horor. Tapi bisa saja hawa panas dikarenakan AC diruang twentyone itu memang mati karena sudah tua sehingga semua penonton yang merasa takut dan tegang mandi keringat. VYNA, ARI, GENTA, RIKY dan NADA sedang nonton bersama. Kursi yang mereka duduki berada dalam satu baris diantara penonton lain.
Vyna bertubuh kurus berisi dengan tinggi sedang, lemah lembut apabila tertiup angin langsung tumbang, kulitnya kuning langsat cendrung dibilang agak putih dan bersih maklum anak semata wayang dengan tingkat ekonomi orang tua boleh dibilang mampu dan manja.
Nada bertubuh padat agak tomboy berkulit sawo matang namun bersih terlahir diantara saudara laki-laki berasal dari keluarga sederhana dengan gaya hidup modern dan manja.
Ari bertubuh tinggi sekitar antara 167-170 cm, tubuhnya padat hobi olah raga namun agak pendiam dan tidak suka aneh-aneh berkulit sawo matang lahir dari keluarga sederhana dari dua bersaudara sama-sama laki-laki.
Riky bertubuh kurang lebih sama dengan Ari berkulit agak putih terang berhobi beladiri karate yang sesuai dengan sikapnya yang agak sombong dan sok jago berpenampilan seperti standman tumbuh dari keluarga kaya dari tiga bersaudara Riky adalah anak bontot dengan dua kakaknya sudah berkeluarga dan menjadi pengusaha sukses diluar kota.
Genta bertubuh agak gemuk lebih besar dari dua teman prianya berkulit agak putih berpenampilan rapi namun agak acak-acakan kalau bicara ceplas ceplos suka ikut-ikutan dan seleranya tinggi berasal dari keluarga kaya namun mandiri ayah dan ibunya sudah bercerai dan Genta tinggal bersama ibunya yang sibuk bekerja.
Penonton terhanyut dengan cerita seram film itu. Vyna duduk bersebelahan dengan Ari. Ari menoleh Vyna yang wajahnya tegang dan takut. Ari khawatir dan memegang tangan Vyna. Gadis cantik itu acap kali membenamkan wajahnya kelengan Ari pada saat merasa takut, bahkan lubang telinga Ari sengaja ditutup dengan kapas karena tidak tahan dengan teriakan Vyna dan temannya yang duduk disekitarnya. Tiba-tiba semua penonton teriak kaget, Vyna ikut teriak dan menggenggam erat tangan Ari. Suara teriakan penonton yang kaget dan takut jelas menggema ditelinga Ari, bahkan Ari sempat menggigil karena dihantam gelombang suara mereka bersama-sama. Genta, Riky dan Nada yang merasa biasa dengan film seperti itu hanya menoleh Vyna dengan santai tanpa rasa takut sedikitpun. Riky tersenyum sinis.
“filmnya lucu” ceplos Riky dengan nada ngeledek penonton penakut. Suaranya terdengar samar-samar dan hampir seperti berbisik namun terdengar jelas diruangan itu. Seketika pula semua mata spontan memandang Riky dengan sorot mata tidak suka. Ari geleng kepala pada Riky. Merasa sebel Nada langsung mencubit tangan Riky.
“Au . . . !” teriak Riky mengaduh merasa kesakitan
Nada menyuruh Riky diam dengan isyarat menempelkan jari telunjuknya kebibir pria itu. Riky memandang Nada dengan sorot mata kesal sambil salah satu tangannya menggosok-gosok bekas cubitan itu. Semua mata kembali memandang Riky dengan sorot mata tidak suka. Nada kembali menyuruh Riky diam dengan isyarat menempelkan jari telunjuknya pada bibirnya sendiri. Nada lalu tersenyum pada penonton lain disekitarnya yang masih memandang Riky sebagai isyarat permintaan maaf. Mereka kembali nonton.
Vyna, Genta, Riky, Ari, Nada sedang melangkah menuju mobil mereka dibawah cahaya...