hutan kuburan "liburan ke hutan misterius" oleh hartopo ke-3
TIGA
Vyna sedang terbaring diatas tempat tidur. Vyna masih tidur. Mata Vyna masih terpejam. Vyna meronta-ronta ketakutan sambil berusaha melindungi kepalanya dari serangan seseorang, serangan yang sangat banyak. Keringat membasahi tubuhnya terutama dibagian wajah. Vyna menjerit ketakutan. Disaat yang sama ANTON papa Vyna dan RATIH mama Vyna bergegas masuk kedalam kamar dan menghampiri Vyna. Anton berusia 45 tahun dengan kulit putih bersih bertubuh tinggi dan ganteng berkumis tipis berkaca mata dengan rambut tidak terlalu panjang namun rapi dan sangat rapi layaknya seorang pengusaha muda, sedangkan Ratih seorang ibu rumah tangga berumur 43 tahun berkulit putih bersih berhijab tinggi badan seimbang dengan suaminya tidak lebih tinggi dan tidak lebih pendek bertubuh sedang dan padat karena sering olah raga dirumah. Keduanya sudah rapi dan siap akan pergi kekantor Anton. Ratih dan Anton sangat cemas. Maklum Vyna adalah putri semata wayang mereka jadi sejak masih bayi ia diperlakukan dengan sangat protektif
“Vyna ! . . . Vyna, bangun sayang !” panggil Ratih dan Anton yang panik dan terus berusaha membangunkan putri mereka dari igaunya.
Vyna kaget dan segera membuka matanya. Cahaya matahari pagi yang cerah menerangi ruang kamar yang sangat peminin itu. Vyna terjaga dan langsung merangkul erat mamanya. Vyna sangat ketakutan. Ratih pun balas memeluk erat putrinya, sebaliknya Anton berusaha membantu dengan mengelus-elus punggung Vyna bermaksud agar putrinya segera tersadar dari mimpi buruknya dan merasa tenang.
“ada apa sayang ?” tanya Anton panik
Vyna diam dan hanya menjawab dengan sorot mata takut
“Ini mama, sayang” lanjut Ratih berusaha menyadarkan Vyna dari mimpi buruk yang baru saja dialaminya.
Vyna menangis dipelukan mamanya. Ratih dan Anton saling pandang penasaran. Tampak Vyna dan kedua orang tuanya dari sudut pandang salah satu langit-langit kamar. Sebuah ruangan yang cukup luas untuk ukuran sebuah kamar tidur modern namun ruangannya sangat bersih dan rapi. Barang-barang yang wajar berada diruang kamar tidur memenuhi tiap sudut ruang kosong sehingga terlihat padat namun tidak sesak dan terkesan longgar dan nyaman.
“kamu mimpi buruk ya ?” tanya Ratih penasaran
Vyna mengangguk dengan wajah tertunduk. Vyna memandang wajah Papa dan Mamanya yang sudah tidak asing berada didekatnya setiap saat ia perlu. Vyna menghela napas dengan sorot mata kosong memandang lantai kamar. Vyna sedang bersiap untuk menceritakan mimpi buruknya kepada kedua orang tuanya.
Warna biru dilangit begitu indah dan sangat bersih seperti telah diberi pemutih. Matahari pagi diupuk timur bersinar cerah menerangi halaman depan rumah Riky yang tampak sekali kemewahannya dan punya segalanya. Mobil Genta sudah bertengger didepan pintu pagar rumah. Mesin mobil dalam keadaan mati. Genta dengan pakaian bertualangnya tampak hebat. Ia sedang berdiri dan bersandar santai pada mobilnya. ia merasa gelisah sambil tanpa henti memandang jam tangan mahal yang menghiasi pergelangan tangannya yang padat berisi. Ia menghela napas merasa sudah tidak sabar menunggu. Klakson mobilnya dibunyikan olehnya
“tet tot !” suara klakson mobil Genta yang terdengar gaduh
Mendengar suara itu Riky yang memang sudah siap berangkat bergegas keluar rumah. Penampilan Riky juga tidak kalah keren. Tas kempingnya yang mahal bersandar kuat dipunggungnya. Riky bergegas menghampiri Genta yang sudah sejak lama menunggunya. Tanpa dikomando lagi Genta langsung membuka pintu belakang mobil berhadap Riky memasukkan barang bawaannya kedalam bagasi belakang bersama barang-barang miliknya.
“Berisik tau !” ujar Riky kesal. Sesampainya dimobil Riky langsung memasukkan tas punggungnya kedalam mobil persis disamping tas milik Genta
“siapa suruh kamu lelet kaya perempuan” sahut Genta ngeledek dengan santai dan terkesan masa bodoh dengan tanggapan Riky.
Keduanya bergegas masuk kedalam mobil. Riky menoleh Genta sebentar dengan sorot mata malas. Genta menyetir. Mesin mobil dinyalakan. Genta perlahan-lahan menancap gas dan memacu mobilnya agak tergesa-gesa meninggalkan rumah Riky.
“Memangnya kita mau kesana jam berapa sih ?” tanya Riky penasaran.
“ya secepatnya. Belum lagi setelah ini aku harus menjemput yang lain” sahut Genta merasa berat mengatur waktu antara menjemput dan mengatur waktu berangkat dan tiba ketujuan
“kamu sudah tau kan jalannya ?” tanya Riky ragu
“itupun satu hal yang harus kita pikirkan bersama-sama” sahut Genta juga merasa ragu dengan kemampuannya
“moga-moga kita tidak kemalaman sampai kesana ya” harap Riky lebih terkesan menyindir seolah bilang “kamu jangan lelet bawa mobil” bermaksud menekan Genta agar tepat waktu.
Mobil yang mereka tumpangi terus melaju pergi.
“tergantung” terdengar suara Genta yang nyambung dengan maksud ucapan Riky. Genta tidak mau disalahkan sendirian jika hal itu benar-benar terjadi nantinya
Halaman depan rumah Vyna yang bersih, rapi, terawat dan sangat indah dipandang mata siapapun yang melihatnya. Rumah Vyna...
Vyna sedang terbaring diatas tempat tidur. Vyna masih tidur. Mata Vyna masih terpejam. Vyna meronta-ronta ketakutan sambil berusaha melindungi kepalanya dari serangan seseorang, serangan yang sangat banyak. Keringat membasahi tubuhnya terutama dibagian wajah. Vyna menjerit ketakutan. Disaat yang sama ANTON papa Vyna dan RATIH mama Vyna bergegas masuk kedalam kamar dan menghampiri Vyna. Anton berusia 45 tahun dengan kulit putih bersih bertubuh tinggi dan ganteng berkumis tipis berkaca mata dengan rambut tidak terlalu panjang namun rapi dan sangat rapi layaknya seorang pengusaha muda, sedangkan Ratih seorang ibu rumah tangga berumur 43 tahun berkulit putih bersih berhijab tinggi badan seimbang dengan suaminya tidak lebih tinggi dan tidak lebih pendek bertubuh sedang dan padat karena sering olah raga dirumah. Keduanya sudah rapi dan siap akan pergi kekantor Anton. Ratih dan Anton sangat cemas. Maklum Vyna adalah putri semata wayang mereka jadi sejak masih bayi ia diperlakukan dengan sangat protektif
“Vyna ! . . . Vyna, bangun sayang !” panggil Ratih dan Anton yang panik dan terus berusaha membangunkan putri mereka dari igaunya.
Vyna kaget dan segera membuka matanya. Cahaya matahari pagi yang cerah menerangi ruang kamar yang sangat peminin itu. Vyna terjaga dan langsung merangkul erat mamanya. Vyna sangat ketakutan. Ratih pun balas memeluk erat putrinya, sebaliknya Anton berusaha membantu dengan mengelus-elus punggung Vyna bermaksud agar putrinya segera tersadar dari mimpi buruknya dan merasa tenang.
“ada apa sayang ?” tanya Anton panik
Vyna diam dan hanya menjawab dengan sorot mata takut
“Ini mama, sayang” lanjut Ratih berusaha menyadarkan Vyna dari mimpi buruk yang baru saja dialaminya.
Vyna menangis dipelukan mamanya. Ratih dan Anton saling pandang penasaran. Tampak Vyna dan kedua orang tuanya dari sudut pandang salah satu langit-langit kamar. Sebuah ruangan yang cukup luas untuk ukuran sebuah kamar tidur modern namun ruangannya sangat bersih dan rapi. Barang-barang yang wajar berada diruang kamar tidur memenuhi tiap sudut ruang kosong sehingga terlihat padat namun tidak sesak dan terkesan longgar dan nyaman.
“kamu mimpi buruk ya ?” tanya Ratih penasaran
Vyna mengangguk dengan wajah tertunduk. Vyna memandang wajah Papa dan Mamanya yang sudah tidak asing berada didekatnya setiap saat ia perlu. Vyna menghela napas dengan sorot mata kosong memandang lantai kamar. Vyna sedang bersiap untuk menceritakan mimpi buruknya kepada kedua orang tuanya.
Warna biru dilangit begitu indah dan sangat bersih seperti telah diberi pemutih. Matahari pagi diupuk timur bersinar cerah menerangi halaman depan rumah Riky yang tampak sekali kemewahannya dan punya segalanya. Mobil Genta sudah bertengger didepan pintu pagar rumah. Mesin mobil dalam keadaan mati. Genta dengan pakaian bertualangnya tampak hebat. Ia sedang berdiri dan bersandar santai pada mobilnya. ia merasa gelisah sambil tanpa henti memandang jam tangan mahal yang menghiasi pergelangan tangannya yang padat berisi. Ia menghela napas merasa sudah tidak sabar menunggu. Klakson mobilnya dibunyikan olehnya
“tet tot !” suara klakson mobil Genta yang terdengar gaduh
Mendengar suara itu Riky yang memang sudah siap berangkat bergegas keluar rumah. Penampilan Riky juga tidak kalah keren. Tas kempingnya yang mahal bersandar kuat dipunggungnya. Riky bergegas menghampiri Genta yang sudah sejak lama menunggunya. Tanpa dikomando lagi Genta langsung membuka pintu belakang mobil berhadap Riky memasukkan barang bawaannya kedalam bagasi belakang bersama barang-barang miliknya.
“Berisik tau !” ujar Riky kesal. Sesampainya dimobil Riky langsung memasukkan tas punggungnya kedalam mobil persis disamping tas milik Genta
“siapa suruh kamu lelet kaya perempuan” sahut Genta ngeledek dengan santai dan terkesan masa bodoh dengan tanggapan Riky.
Keduanya bergegas masuk kedalam mobil. Riky menoleh Genta sebentar dengan sorot mata malas. Genta menyetir. Mesin mobil dinyalakan. Genta perlahan-lahan menancap gas dan memacu mobilnya agak tergesa-gesa meninggalkan rumah Riky.
“Memangnya kita mau kesana jam berapa sih ?” tanya Riky penasaran.
“ya secepatnya. Belum lagi setelah ini aku harus menjemput yang lain” sahut Genta merasa berat mengatur waktu antara menjemput dan mengatur waktu berangkat dan tiba ketujuan
“kamu sudah tau kan jalannya ?” tanya Riky ragu
“itupun satu hal yang harus kita pikirkan bersama-sama” sahut Genta juga merasa ragu dengan kemampuannya
“moga-moga kita tidak kemalaman sampai kesana ya” harap Riky lebih terkesan menyindir seolah bilang “kamu jangan lelet bawa mobil” bermaksud menekan Genta agar tepat waktu.
Mobil yang mereka tumpangi terus melaju pergi.
“tergantung” terdengar suara Genta yang nyambung dengan maksud ucapan Riky. Genta tidak mau disalahkan sendirian jika hal itu benar-benar terjadi nantinya
Halaman depan rumah Vyna yang bersih, rapi, terawat dan sangat indah dipandang mata siapapun yang melihatnya. Rumah Vyna...